![]() |
Dokpri. Siti Faridah |
Bedah Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan Nobar Film Dokumenter Road to Resilience, Seperti Apa Kisah Nyata Hidup WNI yang Terjebak di Negara Konflik?
Halo, Teman Farida!
Saat tahu informasi tentang bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan nobar film dokumenter Road to Resilience kok saya tertarik karena memang saya suka baca buku dan suka nonton film. Tapi, menurut pendapat saya ini buku dan film dengan tema yang berat karena biasanya buku bacaan saya adalah novel fiksi dan film yang saya tonton adalah film genre komedi romantis.
Karena merasa tertarik dengan acara bedah buku dan nobar film itu akhirnya saya mendaftar dan lolos. Bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dan nobar film dokumenter Road to Resilience adalah acara yang diselenggarakan oleh Duta Damai BNPT RI Regional Jateng yang berkolaborasi dengan Kendal Book Circle dan Perpusda Kendal.
Acara ini bertempat di Perpusda Kendal ruang audio visual di lantai 2. Acaranya diawali dengan pembukaan oleh Mbak MC dan dilanjutkan dengan sambutan-sambutan mulai dari sambutan dari ketua komunitas Kendal Book Circle, sambutan dari perwakilan Duta Damai Jateng, dan sambutan dari Ibu Atik Perpusda Kendal sebagai perwakilan dari Kepala Dinas Arsip dan Perpusda Kendal yang tidak bisa hadir. Dan Ibu Atik pula yang secara resmi membuka acara ini.
NOBAR FILM DOKUMENTER ROAD TO RESILIENCE
Acara yang pertama adalah nobar film dokumenter Road to Resilience yaitu film dokumenter tentang seorang laki-laki bernama Febri Ramdani yang terjebak di negara konflik karena berawal dari ikut kajian agama yang bisa dikatakan ajaran yang salah dan keliru.
Singkat cerita, Febri Ramdani ini menyusul ibunya ke Suriah karena Febri merasa Febri hidup sendirian di Indonesia setelah ayah dan ibunya bercerai saat Febri masih kelas 6 SD. Namun ternyata hidup Febri di Suriah malah lebih buruk dan Febri tidak pernah menyangka akan hal itu. Bahkan, saat ibunya Febri ke Suriah pun ayahnya Febri tidak mengetahui hal tersebut. Setelah proses yang sangat amat panjang, Febri dan ibunya bisa kembali ke Indonesia. Namun masalah baru datang yaitu muncul stigma negatif karena Febri dan ibunya terafiliasi dengan negara konflik.
Banyak masyarakat yang menolak kepulangan para WNI yang terafiliasi dengan negara konflik karena memulangkan WNI yangt terafiliasi dengan negara konflik itu butuh banyak uang sampai beratus-ratus juta karena harus menebus WNI tersebut dari organisasi yang ada di negara terafiliasi konflik. Padahal masyarakat Indonesia masih banyak yang sangat membutuhkan uang sekedar untuk makan dan hidup di Indonesia. Jadi, ini semacam PR besar untuk negara agar rakyatnya sejahtera dan tidak mudah tertipu oleh bujuk rayu yang manis dari organisasi yang terafiliasi dengan negara konflik.
Karena keresahan yang dialami oleh Febri maka Febri menuliskan perjalanan hidupnya yang terjebak di negara konflik dalam sebuah buku yang dilaunching di tahun 2020. Namun, Febri dan ibunya tidak pantang menyerah. Febri dan ibunya memanfaatkan uang pensiunan ibunya Febri yang dulunya PNS mulai dari sewa rumah kontrakan hingga mulai berjualan pulsa. Febri pun kuliah dan saat wisuda, ayah dan ibu Febri datang mendampingi. Febri merasa bahagia karena kedua orangtuanya hadir saat wisuda. Febri dan ibunya pun akhirnya bisa berkumpul dengan keluarga besar yang dulu sangat dihindari oleh Febri karena Febri takut keluarga besarnya akan terkena dampak negatif dari apa yang dialami oleh Febri. Jika Febri bisa memilih maka Febri hanya ingin dia hidup normal seperti teman-teman. Namun, nyatanya jalan hidup tiap orang itu berbeda.
DISKUSI DAN BEDAH BUKU ANAK NEGERI DI PUSARAN KONFLIK SURIAH
![]() |
Dokpri. Siti Faridah |
Acara selanjutnya adalah diskusi dan bedah buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah dengan Mbak Shofi Asfika sebagai moderator dan Mas Eno Malaka sebagai pembicara. Buku Anak Negeri di Pusaran Konflik Suriah ini merupakan buku karya Dr. Noor Huda Ismail.
Dari acara diskusi dan bedah buku ini saya jadi tahu kalau ternyata awalnya orang-orang dari negara konflik ini menjanjikan hal-hal yang manis dan mengirim uang yang jumlahnya jutaan dimana ini sebagai tipu daya saja karena nantinya jika sudah mempercayai hal tersebut maka sudah terjebak dengan organisasi dari negara konflik.
KESIMPULAN
Mengikuti acara ini membuat saya tahu tentang WNI yang terjebak di negara konflik yang penyebab utamanya adalah karena ikut keluarga yang hijrah, kekurangan dalam hal ekonomi, hingga diajak teman. Pesan baiknya adalah kita harus hati-hati saat memilih teman karena kita tidak pernah tahu jika ternyata teman itu yang akan membawa ke dalam petaka terjebak di negara konflik. Melalui acara ini maka harapannya adalah acara ini dijadikan edukasi untuk masyarakat agar masyarakat tidak terprovokasi dengan radikalisme. Terima kasih banyak untuk Duta Damai Jateng dan Kendal Book Circle yang sudah berkolaborasi untuk menyelenggarakan acara ini!
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog Siti Faridah dan meninggalkan komentar 🤩