![]() |
Dokpri. Siti Faridah |
KBA Tanon Semarang, Terus Menari Tiada Henti untuk Masa Depan yang Lebih Baik Lagi
Halo, Teman Farida!
Sejenak ingin sepi, ya sepi. Sepi yang jauh dari keramaian perkotaan yang bisa membuat saya merasa lebih tenang. Sepi yang bukan hanya sepi tapi sepi yang bisa merenung dan mencari inspirasi. Apakah mungkin berkunjung ke desa di kaki gunung adalah solusinya? Atau saya hanya ingin merasakan nuansa desa dengan pemandangan pepohonan hijau yang memukau? Atau saya ingin berinteraksi dengan masyarakat desa yang terkenal dengan keramahan dan kearifan lokalnya?
Akhirnya saya cari informasi sana sini dan scrolling sosmed sampai pusing sendiri. Pada akhirnya saya menemukan jawabannya. Saya menemukan desa yang unik dan penuh inspirasi yang lokasinya ada di kaki gunung Telomoyo. Yes, Desa Menari adalah namanya yang jaraknya 58 KM dari pusat Kota Semarang.
Desa Menari terletak di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dan tentu saja Desa Menari ini terletak di kaki gunung Telomoyo. Lalu, apa sih yang membuat saya tertarik dengan Desa Menari ini?
Pasti banyak orang yang beranggapan kalau Desa Menari adalah desa yang mayoritas warganya menjadi penari. Ya, memang benar karena mayoritas warga Desa Menari ini kebanyakan warganya adalah seorang penari dan ada 6 kelompok seni tari di Desa Menari yang rutin menggelar pertunjukan kesenian di Desa Menari.
Dari anak-anak sampai orang tua, semua warga Desa Menari bisa menari dan ternyata mereka hanya belajar menari secara otodidak. Jika seorang kakek di Desa Menari itu lincah menari maka bisa dipastikan cucunya juga akan lincah menari.
Sejak masih anak-anak, warga Desa Menari sudah dikenalkan dan dilatih seni tari. Setiap anak wajib menguasai Tari Warok tari khusus anak-anak yang artinya sebagai penyemangat. Butuh waktu satu tahun lamanya untuk anak-anak belajar dan berlatih Tari Warok.
Beranjak remaja, semua remaja tetap dengan senang hati terus latihan menari. Remaja putra berlatih Tari Kuda Kiprah yaitu simbol kegagahan prajurit. Sedangkan remaja putri berlatih Tari Topeng Ayu dengan gerakan yang gemulai dan anggun. Tari Topeng Ayu memberi pesan keharmonisan yang mengingatkan warga untuk menjaga hubungan baik dengan sesama.
Namun, ternyata dulunya Dusun Tanon ini adalah kampung tertinggal karena lokasinya yang jauh dari pusat kota Semarang. Di tahun 1972, hanya ada beberapa anak yang sekolah di Dusun Tanon, itu pun mereka hanya sampai kelas dua SD. Orang tua di Dusun Tanon pun tidak mendukung anaknya untuk bersekolah. Ya, anak-anak dusun Tanon bersekolah atas keinginannya sendiri.
Orang tua jaman dulu di Dusun Tanon beranggapan kalau sekolah dan berpendidikan tinggi umurnya akan pendek dan cepat meninggal dunia karena terlalu banyak pikiran saat meraih pendidikan tinggi itu. Jadi pada akhirnya anak-anak di Dusun Tanon lebih memilih tidak bersekolah dan ikut menanam tembakau karena harga satu keranjang tembakau bisa untuk membeli satu gram emas.
Angin segar itu datang. Di tahun 2005, ada pemuda di Dusun Tanon yang bergelar sarjana dan merupakan pemuda pertama dengan gelar sarjana di Dusun Tanon. Ya, pemuda tersebut bernama Trisno yang merupakan pemuda asli Dusun Tanon.
Apapun halangan dan rintangannya, Trisno harus bersekolah sampai perguruan tinggi walaupun pada awalnya kedua orang tuanya tidak mendukung. Namun setelah lulus dari Universitas Muhammadiyah Surakarta maka orang tuanya dan seluruh warga dusun Tanon merasa bangga.
Setelah bergelar sarjana, Trisno kembali ke Dusun Tanon. Trisno ingin memajukan kampungnya yang tertinggal dan tingkat pendidikan yang rendah. Kenapa Trisno lebih memilih kembali ke kampung halamannya daripada memilih bekerja di ibu kota?
Warga Dusun Tanon beranggapan kalau orang bekerja itu harus keluar dari kampung dan berangkat pagi pulang sore. Trisno ingin mengubah pendapat tersebut dan pada akhirnya Trisno sendiri yang kembali ke Dusun Tanon dan mulai menata Dusun Tanon.
Di tahun 2009, Trisno kembali ke Dusun Tanon menjadi petani. Awal mulanya Trisno memperhatikan dengan seksama kegiatan sehari-hari warga Dusun Tanon mulai dari bertani di pagi hari walaupun cuaca dingin, melestarikan tarian dan gamelan saat siang hari, dan beternak saat sore hari. Dari situlah muncul ide untuk membangun Dusun Tanon melalui jalur wisata kearifan lokal karena tidak banyak wisata alam yang ada di Dusun Tanon.
Trisno berdiskusi dan mengajak masyarakat untuk berproses bersama membangun Dusun Tanon dan mengubah nama Dusun Tanon menjadi Desa Wisata Tanon. Namun branding Desa Wisata Tanon kurang mendapat perhatian dari banyak orang dan akhir tahun 2012 Desa Wisata Tanon ganti nama menjadi DESA MENARI.
Ya, karena Dusun Tanon itu mayoritas warganya adalah penari dan ternyata ada makna lain yang mendalam dari DESA MENARI yaitu Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori. Lalu, apa makna mendalam dari DESA MENARI?
DESA berasal dari Bahasa Sansekerta DES yang artinya kerajaan. Trisno ingin membangun Dusun Tanon layaknya kerajaan tapi bukan kerajaan yang sebenarnya. Yang dimaksud adalah kerajaan dalam artian menjadi masyarakat yang berdaulat dan bisa mengatur dirinya sendiri.
Sedangkan MENARI (Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori) yaitu menebar harmoni dengan menjadi manusia yang cinta alam, cinta lingkungan, cinta kepada sesama manusia dan cinta kepada Tuhan. Sedangkan merajut inspirasi yaitu semua orang di Dusun Tanon bisa menjadi guru dan bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang datang ke Dusun Tanon. Menuai memori maksudnya adalah Dusun Tanon ingin diingat sebagai dusun dengan kesederhanaan dan kearifan lokalnya.
Jadi, DESA MENARI ini adalah laboratorium sosial yang bergerak di ranah konservasi meliputi konservasi profesi asli masyarakat, konservasi dolanan tradisional, dan konservasi kesenian lokal. Jadi, Trisno ingin menunjukkan kepada dunia kalau Dusun Tanon punya potensi wisata yang unik dan beda dari yang lainnya.
Ya, jika berkunjung ke Desa Menari maka akan disambut dengan tarian khas Dusun Tanon mulai dari Tari Warok, Tari Geculan Bocah, Tari Kuda Kiprah, dan Tari Topeng Ayu. Di Desa Menari ini juga kita bisa melihat langsung anak-anak yang sedang bermain dolanan tradisional dan kesenian lokal. Kita juga bisa mencoba ikut bermain dalam dolanan tradisional tersebut mulai dari SUDA MANDA, CUBLAK CUBLAK SUWENG, dan EGRANG.
OUTBOUND NDESO DI DESA MENARI
Jangan kamu kira outbound ndeso itu adalah sebuah wahana yang sudah disuguhi dengan destinasi wisata, ya! Karena outbound di Desa Menari ini unik dan menarik tentunya. Ya, Outbound Ndeso di Desa Menari ini yaitu belajar bertani dan beternak.
Jadi, jika kalian ikut Outbound Ndeso ini kalian akan mendapat pengalaman menarik yaitu mulai dari menanam sayuran, panen sayuran, mencari rumput untuk hewan ternak dan memberi makan hewan ternak yaitu sapi dan kambing.
Kenapa Outbound Ndeso di Desa Menari ini bertani dan beternak? Karena sebagian besar warga Desa Menari adalah petani sayuran dan peternak sapi. Ya, tentu saja ini sesuai dengan laboratorium sosial yaitu konservasi profesi asli masyarakat.
PASAR RAKYAT YANG MEMBUAT PENDAPATAN MENINGKAT
Sebelum Dusun Tanon menjadi Desa Menari maka hasil panen Dusun Tanon dijual ke pasar tapi ternyata ongkos menuju pasar itu mahal karena lokasi Dusun Tanon yang jauh. Warga Dusun Tanon merasa bahagia dengan adanya pasar rakyat di Desa Menari ini karena para warga Desa Menari bisa mendapat lebih banyak keuntungan tanpa mengeluarkan biaya atau ongkos. Di pasar rakyat Desa Menari ini menjual hasil panen Desa Menari yaitu buah pisang, sayur kol, wortel, daun bawang, labu, sawi, cabai, dan masih banyak lagi.
DESA MENARI DINOBATKAN SEBAGAI KAMPUNG BERSERI ASTRA TAHUN 2016
Kegigihan dan perjuangan Trisno dalam membangun Desa Menari membuat Trisno meraih penghargaan SATU (Semangat Astra Terpadu) Indonesia Award Tahun 2015 kategori lingkungan. Dan di tahun 2016, Desa Menari dinobatkan sebagai KBA (Kampung Berseri Astra).
KBA (Kampung Berseri Astra) adalah program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar CSR (Corporate Social Responsibility) Astra yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan.
Tujuan dibentuknya KBA (Kampung Berseri Astra) yaitu mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah KBA (Kampung Berseri Astra).
PILAR PENDIDIKAN di Desa Menari yaitu anak-anak diajak untuk fokus ke kegiatan membaca buku di perpustakaan Omah Cikal Desa Menari. Tidak hanya untuk membaca buku tapi anak-anak di Desa Menari juga diajak berkumpul bersama membangun desa. Disediakan juga wifi gratis untuk akses belajar sekaligus untuk bikin tugas sekolah.
Anak-anak di Desa Menari juga diajak pilah dan pilih sampah, membuat ecobricks, dan mengurangi penggunaan sampah sekali pakai. Tujuannya adalah agar anak-anak tersadarkan jika buang sampah sembarangan maka bisa mencemari lingkungan.
Di pilar pendidikan, Astra juga ikut serta memajukan pendidikan Desa Menari dengan memberikan beasiswa bagi 36 anak Desa Menari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tentu saja anak Desa Menari senang dan bangga karena mendapat beasiswa dari Astra.
“Kita ingin membuktikan, ketika kita diberi bantuan oleh pihak manapun karena memang kita layak. Bukan karena minta belas kasihan. Berkarya lebih baik daripada meminta” - Kang Trisno Penggerak KBA Tanon Semarang
Anak-anak Desa Menari juga merasa senang setelah Trisno mengubah Dusun Tanon menjadi Desa Menari karena anak-anak bisa bertemu dan bercengkrama dengan orang-orang yang berkunjung ke Desa Menari. Harapan kedepannya, anak-anak Desa Menari bisa sukses dan meraih cita-cita yang diinginkan tapi ingat dengan kampung halaman dan ada kemauan yang besar untuk memajukan lagi Desa Menari di masa depan yang akan datang.
PILAR LINGKUNGAN di Desa Menari yaitu konservasi mata air dan perbaikan sanitasi. Kenapa sanitasi di Dusun Tanon diperbaiki? Jika perbaikan sanitasi di Desa Menari sudah dilakukan maka tentu saja akan berdampak baik bagi Desa Menari terutama lingkungan Desa Menari yang menjadi lebih bersih, sehat, dan nyaman.
PILAR KESEHATAN yaitu Srawung Posbindu yang diadakan rutin setiap sebulan sekali di Desa Menari. Apa itu Srawung Posbindu? Srawung Posbindu adalah monitoring kesehatan untuk anak-anak, remaja, dan lansia mulai dari cek berat badan, cek tinggi badan, cek lingkar perut, cek tekanan darah, cek gula darah, dan cek asam urat. Dengan adanya Srawung Posbindu maka warga Desa Menari lebih terpantau kesehatannya.
Pilar kesehatan selanjutnya di Desa Menari yaitu pemanfaatan daun alpukat untuk obat hipertensi. Karena di Desa Menari banyak yang menanam pohon alpukat di pekarangan rumah atau di kebun. Jadi, Desa Menari memanfaatkan hasil kebunnya untuk dijadikan obat hipertensi agar hasil kebun bisa dimanfaatkan dengan baik.
Masih pilar kesehatan di Desa Menari yaitu pembuatan GREENIS. GREENIS ini adalah kue warna hijau yang terbuat dari sayur bayam yang dikeringkan. Setelah bayam jadi serbuk maka diolah menjadi kue yang rasanya manis sehingga anak-anak di Desa Menari tetap bisa makan sayur.
PILAR KEWIRAUSAHAAN di Desa Menari yaitu pasar rakyat, produksi tahu, budidaya kaktus yang dijual secara online sejak tahun 2019, dan produksi sabun susu khas Desa Menari yang merupakan oleh-oleh dari Desa Menari ini.
FESTIVAL LERENG TELOMOYO 2019
Modal awal Trisno membangun Desa Menari yaitu hanya 200 ribu Rupiah saja dan tentu saja didukung dengan kerja sama para warga Desa Menari walaupun pada awalnya para warga meragukan Trisno saat mulai membangun Desa Menari. Apalagi saat mulai membangun Desa Menari itu pemerintah daerah setempat juga tidak mendukung Trisno untuk mulai membangun Desa Menari.
Namun semua orang merasa bangga setelah tahu Desa Menari dengan kearifan lokalnya. Dalam tiga tahun perjalanannya Desa Menari mendapatkan keuntungan 250 juta Rupiah belum termasuk pendapatan per-orang-an warga Desa Menari. 2000 sampai 3000 orang datang berkunjung ke Desa Menari setiap tahunnya.
Warga Desa Menari pun menjadikan rumahnya sebagai homestay untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari. Ada sekitar 26 homestay di Desa Menari. Dan di tahun 2017 di gelar acara Festival Lereng Telomoyo 2017 sebagai langkah awal untuk lebih mengenalkan Desa Menari kepada semua orang karena Desa Menari berada di lereng Gunung Telomoyo.
Di tahun 2019, festival tersebut digelar lagi yaitu Festival Lereng Telomoyo 2019 dengan tema “Sumunaring Telomoyo, Semangat Dalam Mewujudkan Keseimbangan Hidup” dan saya berkesempatan hadir di acara tersebut.
Jujurly, saya merasa langsung suka dan terpesona saat pertama kali tiba di Desa Menari kala itu karena disambut pemandangan desa yang hijau, Gunung Telomoyo yang terlihat dari kejauhan, dan keramahan warga Desa Menari yang menyambut saya dan teman-teman blogger Semarang dengan ramah dan baik.
Saya merasa senang karena bisa menyaksikan Tari Geculan Bocah yang diadaptasi dari Tari Warok. Tari Geculan Bocah ini dilengkapi dengan permainan tradisional anak yaitu perang-perangan dan guyonan anak. Dan anak-anak penari Tari Geculan Bocah dirias dengan dandanan yang lucu. Saya juga menyaksikan Tari Topeng Ayu yang menurut saya bikin kagum
sekaligus merinding karena saat pentas Tari Topeng Ayu diiringi dengan
bunyi suara gamelan yang menggema dan lagu Tari Topeng Ayu.
“Dusun Tanon Dadi Panggonane, Topeng Ayu Niki Namine” - Salah Satu Lirik Lagu Tari Topeng Ayu
Selanjutnya saya berkesempatan berkunjung ke pasar rakyat Desa Menari yang menjual hasil panen Desa Menari dan saat itu banyak alpukat yang dijual dan banyak yang membeli alpukat di Desa Menari karena buah alpukatnya berkualitas bagus dan harganya lebih terjangkau jika dibandingkan dengan di pasar.
Dan untuk pertama kalinya saya menikmati nasi jagung di Desa Menari dengan sayur urap dan keripik ikan asin. Rasanya tentu saja lezat dan nikmat karena bisa menikmati makanan khas NDESO di Desa Menari ini. Rasanya kurang jika hanya satu hari di Desa Menari, semoga di lain waktu saya bisa berkunjung ke Desa Menari lagi.
BANGKIT LAGI SETELAH PANDEMI USAI, MARI TERUS MENARI UNTUK HARI ESOK YANG LEBIH BAIK LAGI
Pandemi memporak-porandakan semuanya. Ya, di tahun 2020 - 2021 pandemi datang dan semua orang merasakan dampaknya. Saya, kamu, dan semua orang di dunia merasakan dampaknya termasuk warga Desa Menari.
Sebelum pandemi, banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari namun saat pandemi tidak ada wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari. Tentu saja hal ini berdampak pada pendapatan warga Desa Menari yang berkurang drastis.
Trisno tak tinggal diam. Trisno terus bergerak dan berkarya walaupun Pandemi melanda. Trisno mengajak generasi muda Desa Menari untuk bangga dan berdaya dengan mempertahankan profesi asli masyarakat Desa Menari karena menjadi petani tidak selalu tentang mencangkul.
Konsentrasi utama Desa Menari memang lebih ke konservasi itu, agar anak-anak muda di Desa Menari mau mengembangkan dunia pertanian dan peternakan dengan konsep dan cara anak muda sendiri, kata Kang Trisno.
Kang Trisno ingin agar generasi muda Desa Menari tidak lagi bekerja jadi buruh di tempat lain tapi Kang Trisno ingin agar generasi muda bisa memberdayakan Desa Menari dan menjadikan Desa Menari sebagai tempat tinggal sekaligus sumber penghasilan.
Keinginan dan harapan Kang Trisno yang selanjutnya juga sederhana saja, Kang Trisno ingin agar Desa Menari bisa bangkit lagi dengan sebutan desa tanpa iuran dan menjadi perusahaan sosial berbasis masyarakat yang produktif secara ekonomi dan pemilik sahamnya adalah setiap kepala keluarga di Desa Menari.
Di saat pandemi telah usai, Kang Trisno aktif menulis kesehariannya di blog www.kangtrisdesamenari.com yang tentu saja banyak membahas tentang Desa Menari. Melalui tulisan itu juga Kang Trisno ingin mengenalkan Desa Menari melalui rangkaian kata kepada seluruh dunia. Sosial media Desa Menari yang sempat mati suri pun dihidupkan lagi agar banyak orang tahu kalau Desa Menari masih tetap ada dengan kearifan lokalnya.
Pandemi usai, warga Desa Menari bisa bangkit lagi. Banyak wisatawan yang datang lagi ke Desa Menari. Dari kalangan anak sekolah sampai anak kuliah, dari wisatawan dalam negeri hingga wisatawan luar negeri. Pentas tari mulai tampil lagi dan warga Desa Menari bahagia karena pendapatan akhirnya terisi lagi.
Terima kasih banyak Kang Trisno, sudah kembali ke kampung halaman setelah lulus pendidikan tinggi. Sudah berjuang tanpa henti untuk memajukan Desa Menari walaupun awalnya tidak direstui. Kang Trisno, terima kasih sudah menginspirasi generasi muda untuk tetap berkarya dan berdaya walaupun dari daerah terpencil dan kerja keras tanpa batas hingga akhirnya bisa membangun desa untuk bangsa dan dikenal oleh dunia. Maturnuwun sanget, Kang Trisno.
Sumber Referensi Tulisan dan Gambar : Sosial Media dan Website SATU Indonesia, Sosial Media dan Blog Kang Trisno Desa Menari, dan Dokumentasi Pribadi Siti Faridah
Kang Trisno, Pemuda Penggerak Roda Perekonomian Dusun Tanon
TRISNO.
Itulah namanya. Pemuda desa kelahiran tahun 1981 yang menuntut ilmu di
kota tepatnya di Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurusan Sosiologi.
TRISNO adalah sarjana pertama di kampungnya yaitu di Dusun Tanon.
Seorang
sarjana pasti lebih memilih merantau di kota dan melamar kerja dengan
harapan bisa bekerja di perusahaan ternama dan mendapat gaji yang
tinggi. Namun, berbeda dengan TRISNO. TRISNO lebih memilih pulang ke
kampung halamannya setelah TRISNO bergelar sarjana.
Sudah
bergelar sarjana tapi kok malah pulang ke kampung? Ingin kerja apa di
kampung halamannya itu? Ah, kampung halamannya saja masih termasuk desa
tertinggal kok pulang kampung setelah jadi sarjana? Apa nggak eman-eman
gelar sarjana yang sudah didapat itu?
Ada
alasan kenapa TRISNO pulang kampung setelah bergelar sarjana. TRISNO
hanya ingin kampung halamannya yaitu dusun Tanon menjadi lebih baik dan
berharap agar semua warganya sejahtera dengan mata pencaharian utama
beternak dan bertani.
Mengubah Desa Biasa Jadi Desa Wisata
Setelah
pulang ke kampung halamannya setelah bergelar sarjana, TRISNO tak
berdiam diri di rumah. Perlahan tapi pasti, TRISNO mengubah Dusun Tanon
Desa Ngrawan yang ada di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang menjadi
desa wisata.
Lalu,
apa yang menjadi objek wisata di Dusun Tanon jika tidak ada objek
wisata di Dusun Tanon? TRISNO berfikir dan akhirnya muncul ide untuk
mengangkat kearifan lokal masyarakat dusun Tanon dan tradisi budaya yang
ada di dusun Tanon.
TRISNO
mengajak masyarakat dusun Tanon dari mulai anak-anak hingga orang tua
untuk gotong royong bersama-sama membangun dusun Tanon menjadi desa
wisata dengan kearifan lokal. Dengan modal 200 ribu Rupiah, TRISNO dan
warga kampung dusun Tanon bergotong-royong untuk mengubah dusun Tanon
menjadi desa wisata. Tapi, banyak warga yang meragukan usaha dan
kegigihan TRISNO saat mengubah dusun Tanon menjadi desa wisata.
Pemerintah
daerah setempat juga tidak mendukung TRISNO saat ingin memajukan dusun
Tanon. Tantangan lainnya adalah sumber daya manusia di dusun Tanon yang
berpendidikan rendah sehingga TRISNO merasa kesulitan untuk untuk
memajukan dusun Tanon.
Tetap semangat dan pantang menyerah hingga akhirnya dusun Tanon berubah menjadi desa wisata dengan nama baru yaitu desa MENARI (Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori). Karena semangatnya dalam membangun dusun Tanon, TRISNO mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards Tahun 2015 Kategori Lingkungan.
Mendapat
penghargaan tak membuat TRISNO merasa sombong dan berpuas diri. TRISNO
tetap semangat untuk tetap terus memajukan dusun Tanon hingga akhirnya
dusun Tanon dinobatkan sebagai Kampung Berseri Astra di tahun 2016 dan
merupakan Kampung Berseri Astra pertama di Jawa Tengah. Dan berikut ini
adalah wisata dengan kearifan lokal dan budaya yang ada di dusun Tanon
yaitu,
1. Wisata Pertunjukan
Saat
pertama kali datang ke dusun Tanon maka kita akan merasa sejuk dan
nyaman karena dusun Tanon berada di Lereng Gunung Telomoyo. Para warga
yang ramah juga menjadi hal yang menyenangkan saat berkunjung ke dusun
Tanon.
Dusun
Tanon memiliki wisata pertunjukan yaitu penampilan tari dan penampilan
pukul lesung. Penampilan tari adalah sebagai wujud cinta budaya dan
melestarikan budaya. Tari Geculan Bocah dan Tari Topeng Ayu adalah
bentuk wujud melestarikan budaya di dusun Tanon.
Tari Geculan Bocah
adalah tarian yang dibawakan oleh anak-anak usia TK – SD. Anak-anak
terlihat lucu dan kompak saat menarikan tari Geculan Bocah. Tari Geculan
Bocah juga diiringi dengan guyonan anak dan anak pun didandani dengan
riasan yang lucu.
Saya
merasa terhibur saat saya menyaksikan langsung Tari Geculan Bocah
karena mengundang gelak tawa yang menontonya dan penonton akan merasa
gemas dengan anak-anak yang dengan lincah menari Tari Geculan Bocah yang
diselingi dengan guyonan dan permainan anak.
Tidak hanya penampilan tari Geculan Bocah saja yang unik. Ada yang lebih menarik lagi yaitu Tari Topeng Ayu. Jika tari Geculan Bocah dibawakan oleh anak-anak maka tari Topeng Ayu dibawakan oleh remaja putri yang masih SMP – SMA.
Menarik
dan unik. Itu kesan saya saat pertama kali melihat kostum tari Topeng
Ayu. Dengan kostum warna hitam dan warna warni menjadi ciri khas kostum
tari Topeng Ayu. Penari tari Topeng Ayu juga dirias dengan riasaan warna
yang sama dengan kostumnya. Para penari Topeng Ayu memakai sepatu dan
di atas sepatu ada kerincing-kerincing yang menjadi ciri khasnya.
Merinding
dan kagum. Saat pertama kali melihat langsung pertunjukan tari Topeng
Ayu di halaman rumah salah satu warga dusun Tanon kala itu. Alunan irama
musik gamelan dan lagu tari Topeng Ayu yang keras dan penuh semangat
membuat saya merinding sekaligus kagum karena saya baru tahu ada tarian
semenarik ini di dusun Tanon.
Selain
bisa melihat pertunjukan tari di dusun Tanon. Kita juga bisa melihat
secara langsung persiapan mereka sebelum menari. Dan kita bisa menyewa
kostum tari Topeng Ayu hanya dengan membayar lima ribu Rupiah saja.
Tidak hanya pertunjukan tari saja. Ada juga pertunjukan memukul Lesung yaitu menumbuk padi dengan ALU dan wadahnya Lesung. ALU
adalah tongkat panjang yang digunakan untuk menumbuk padi agar padi
terpisah dari kulitnya dan berubah menjadi beras. Sedangkan Lesung
adalah wadah yang digunakan untuk tempat menumbuk padi. Memukul Lesung
dengan ALU secara bersama hingga berirama. Ya, kita bisa menyaksikan
para ibu-ibu di dusun Tanon saat memukul Lesung. Para wisatawan juga
bisa mencoba memukul Lesung dengan ALU di dusun Tanon.
2. Wisata Permainan
Wisata
permainan di dusun Tanon yaitu para wisatawan diajak untuk bermain
bersama yaitu permainan tradisional seperti SUDA MANDA, CUBLAK CUBLAK
SUWENG, dan EGRANG. Rasanya menyenangkan bisa melihat permainan
tradisional yang masih ada di dusun Tanon.
SUDA MANDA,
permainan dengan potongan bekas genting yang tidak terpakai itu
ternyata masih banyak dimainkan oleh anak-anak dan remaja di dusun
Tanon. Potongan bekas genting didorong maju ke depan dengan kaki. Jika
potongan bekas genting keluar dari garis maka harus memulai lagi dari
awal.
CUBLAK CUBLAK SUWENG
pun masih bisa kita saksikan di dusun Tanon. Senang rasanya bisa
menyanyikan lagu CUBLAK CUBLAK SUWENG sambil melihat anak-anak dan
remaja dusun Tanon melestarikan permainan dan lagu CUBLAK CUBLAK SUWENG.
Wisatawan
yang datang ke dusun Tanon juga akan melihat remaja dusun Tanon yang
dengan lincah berjalan dengan EGRANG. Wisatawan juga bisa berjalan
dengan EGRANG untuk melatih diri apakah bisa berjalan dengan EGRANG yaitu tongkat bambu yang digunakan untuk berjalan.
3. Wisata Pertanian
Karena
Sebagian besar warga dusun Tanon adalah petani maka kita para wisatawan
bisa melihat dengan langsung kebun-kebun warga yang ditanami aneka
macam sayur dan buah. Di dusun Tanon ada juga pasar rakyat sehingga para
wisatawan yang datang bisa membeli hasil panen pertanian dusun Tanon
yaitu buah alpukat dan aneka macam sayuran di pasar rakyat dusun Tanon.
4. Wisata Peternakan
Selain
berprofesi sebagai petani, Sebagian besar warga dusun Tanon juga
beternak yaitu beternak sapi. Saat datang ke dusun Tanon, wisatawan akan
diajak untuk melihat secara langsung peternakan sapi milik warga dusun
Tanon. Melihat proses pemerahan susu sapi dan memberi makan untuk sapi.
5. Wisata Penginapan
Dusun
Tanon menyediakan 26 homestay untuk para wisatawan yang akan menginap
di dusun Tanon. Homestay atau penginapan ini adalah rumah warga yang
diubah menjadi homestay untuk para wisatawan yang datang ke dusun Tanon.
TRISNO
yang memiliki pandangan berbeda setelah bergelar sarjana untuk
membangun desanya. Gotong-royong masyarakat dusun Tanon juga ikut serta
membangun dusun Tanon. Tiga tahun setelah adanya Desa Menari ini sudah
menghasilkan 250 juta Rupiah belum termasuk pendapatan pribadi dari
warga yang berjualan hasil pertanian atau produknya di Desa Menari.
Desa
Menari pun semakin dikenal, banyak orang yang berbondong-bondong datang
ke Dusun Tanon Desa Menari ini mulai dari anak sekolah, mahasiswa,
wartawan, hingga wisatawan dari luar kota atau luar provinsi.
Harapan
dan keinginan TRISNO untuk memajukan dusun Tanon yang awalnya diragukan
kini malah dibanggakan. TRISNO hanya ingin para pemuda di dusun Tanon
tidak menjadi buruh di tempat lain tapi bisa bekerja di kampung
halamannya sendiri.
“Lihatlah suatu hal yang sederhana dari sudut pandang yang berbeda, lakukan dengan cara yang berbeda, nikmati prosesnya pasti hasilnya berbeda” – KANG TRISNO
Sumber Informasi dan Referensi : Website SATU INDONESIA dan Dokumen Pribadi Siti Faridah
Satu Hati untuk Negeri, dari Menari Hingga Mengukir Prestasi
Sering
melakukan kegiatan di area perkotaan membuat saya rindu untuk melakukan
kegiatan di area pedesaan daerah pegunungan. Saya pun berkeinginan
untuk berkunjung ke desa yang ada di daerah pegunungan area Kabupaten
Semarang.
Harapan itu terwujud saat saya akhirnya bisa berkunjung ke Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getas, Kabupaten Semarang pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2019 bersama rekan-rekan blogger Semarang.
Berkenalan dengan Dusun Tanon
Dusun Tanon merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Ngrawan,
Kecamatan Getas, Kabupaten Semarang. Di Dusun Tanon, para warganya
sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Dulunya,
Dusun Tanon ini merupakan dusun yang tertinggal karena lokasinya berada
di lereng Gunung Telomoyo yang lumayan jauh dari Kota Semarang.
Lalu apa tujuan saya berkunjung ke Dusun Tanon? Tujuannya adalah saya
rindu desa di daerah pegunungan dan saya juga ingin mendapatkan
inspirasi, motivasi dan juga hiburan saat saya berkunjung ke Dusun
Tanon.
Satu Hari di Desa Menari Demi Satu Hati untuk Negeri
Matahari yang begitu terik tidak menyurutkan semangat saya untuk
berkeliling di Dusun Tanon. Walapun cuaca panas, namun di Dusun Tanon
tidak begitu panas karena berada di area lereng Gunung Telomoyo. Setelah
saya sampai di Dusun Tanon, saya disambut dengan para warga Dusun Tanon
yang ramah dan kami pun berjabat tangan. Hal tersebut membuat saya
merasa bahagia karena disambut dengan baik di Dusun Tanon. Setelah itu
kami pun berkesempatan untuk menyaksikan Festival Lereng Telomoyo 2019.
Lalu apa itu Festival Lereng Telomoyo? Festival Lereng Telomoyo 2019
adalah event yang diselenggarakan di Dusun Tanon sebagai bukti Dusun
Tanon yang memiliki beragam wisata budaya. Festival Lereng Telomoyo 2019
diselenggarakan selama dua hari mulai dari tanggal 12 Oktober 2019 – 13
Oktober 2019. Festival Lereng Telomoyo 2019 mengusung tema "Sumunaring Telomoyo, Semangat dalam Mewujudkan Keseimbangan Hidup". Dalam acara Festival Lereng Telomoyo 2019 ini saya menyaksikan langsung Tari Geculan Bocah. Tari Geculan Bocah merupakan tarian anak-anak dengan gerakan dan irama yang gembira.
Tari
Geculan Bocah juga tarian dengan penari anak-anak yang dirias agar
terlihat lucu. Tari Geculan Bocah bisa membuat saya terhibur karena para
penarinya melakukan gerakan tarian dengan lincah dan juga memiliki
unsur guyonan anak-anak.
Setelah menyaksikan Tari Geculan Bocah, maka selanjutnya adalah
menyaksikan para ibu-ibu yang memukul lesung. Dan saya juga melihat
secara langsung para remaja Dusun Tanon bermain permainan tradisional
sepertti Egrang, Suda Manda, dan Cublak Cublak Suweng.
Selanjutnya adalah acara yang saya tunggu yaitu sharing session dengan
Kang Trisno yang sudah berjasa merubah Dusun Tanon menjadi Dusun yang
lebih maju dan lebih unggul. Lalu siapa Kang Trisno? Kang Trisno adalah
seorang lelaki yang lahir di Dusun Tanon pada tanggal 12 Oktober 1981.
Kang Trisno adalah warga Dusun Tanon yang pertama kali menjadi lulusan
sarjana pertama yang ada di Dusun Tanon. Kang Trisno merupakan lulusan
dari Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan Sosiologi.
Jika sarjana yang lain lebih memilih bekerja di kota untuk mendapatkan
penghasilan dan gaji yang banyak, maka berbeda dengan Kang Trisno yang
kembali ke kampung halamannya yaitu kembali ke Dusun Tanon. Kang Trisno
kembali ke Dusun Tanon untuk mengubah Dusun Tanon menjadi lebih baik.
Modal awal Kang Trisno dalam membangun Dusun Tanon menjadi lebih baik
yaitu hanya Rp.200.000. saja. Namun ada banyak orang yang meragukan Kang
Trisno dalam mengubah Dusun Tanon. Pemerintah pun tidak mendukung Kang
Trisno dalam memajukan Dusun Tanon kala itu. Tantangan terberat lainnya
adalah sumber daya manusia (SDM) Dusun Tanon yang memiliki tingkat
pendidikan rendah sehingga Kang Trisno merasa kesulitan untuk memajukan
Dusun Tanon. Namun Kang Trisno tetap semangat dalam memajukan Dusun
Tanon.
Kemudian Kang Trisno memberi nama baru pada Dusun Tanon yaitu Desa Menari. Desa Menari adalah singkatan dari Menebar Harmoni, Merajut Inspirasi, dan Menuai Memori. Dengan harapan tersebut maka Dusun Tanon berubah menjadi desa wisata yang ada di Kabupaten Semarang.
Lalu apa yang menarik dari Desa Menari? Yang menarik adalah ketika Kang
Trisno membuat Dusun Tanon menjadi desa wisata dengan menonjolkan
kearifan lokal para penduduk Dusun Tanon. Kang Trisno mengatakan jika
wisata itu bukan hanya sekedar objek saja karena Dusun Tanon tidak
banyak memiliki objek wisata yang menarik. Maka dari itu, Kang Trisno
ingin menonjolkan Dusun Tanon dengan kearifan lokal para penduduk dan
juga kebudayaan lokal berupa tari Geculan Bocah dan Topeng Ayu.
Kang Trisno juga mengajak para anak-anak dan remaja Dusun Tanon untuk
belajar menari sehingga saat ada wisatawan yang datang di Dusun Tanon
maka bisa menyaksikan tari Geculan Bocah dan tari Topeng Ayu yang
merupakan tarian khas Dusun Tanon.
Karena kegigihan dan kerja keras Kang Trisno, maka Kang Trisno
mendapatkan penghargaan dari Astra sebagai penerima SATU (Semangat Astra
Terpadu) Indonesia Award 2015 kategori lingkungan. Penghargaan tersebut
tidak membuat Kang Trisno merasa berpuas diri. Tapi Kang Trisno tetap
semangat dalam memajukan Dusun Tanon.
Lalu apakah kalian sudah tahu apa itu SATU (Semangat Astra Terpadu) Indonesia Award? SATU (Semangat Astra Terpadu) Indonesia Award
adalah wujud apresiasi Astra untuk anak muda baik individu maupun
kelompok yang memiliki program kesehatan, pendidikan, lingkungan,
kewirausahaan, dan teknologi.
Kabar baik datang lagi di Dusun Tanon karena pada tahun 2016, Dusun
Tanon dinobatkan sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) oleh PT Astra
International Tbk. Lalu apakah kalian sudah tahu apa itu Kampung Berseri
Astra (KBA)?
Kampung Berseri Astra (KBA)
adalah program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yang
diimpelementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang
mengintegrasikan 4 pilar program yaitu pendidikan, kesehatan,
lingkungan, dan kewirausahaan.
Tujuan dengan dibangunnya Kampung Berseri Astra (KBA) yaitu mewujudkan
wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di wilayah Kampung Berseri Astra
(KBA).
Kolaborasi yang Apik Antara Kang Trisno, Desa Menari dan PT Astra International Tbk
Kang Trisno yang sudah membawa banyak perubahan di Dusun Tanon membuat
Dusun Tanon lebih maju dengan dinobatkannya Dusun Tanon sebagai Kampung
Berseri Astra maka Dusun Tanon sudah menjadi lebih baik di bidang
pembangunan, kesehatan, wirausaha, dan juga pendidikan.
Di bidang pembangunan, Dusun Tanon sudah memiliki 26 homestay untuk para
wisatawan yang ingin menginap di Dusun Tanon. Di bidang kesehatan yaitu
petugas kesehatan jemput bola ke rumah warga Dusun Tanon untuk cek
kesehatan.
Di bidang pendidikan yaitu 36 beasiswa dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi bagi anak Dusun Tanon. Sedangkan di bidang wirausaha
yaitu adanya pasar rakyat yang menjual aneka hasil pertanian dan
perkebunan Dusun Tanon.
Yang tak terduga adalah saat sharing session dengan Kang Trisno, Kang
Trisno mendapatkan kejutan berupa kue ulang tahun di hari ulang tahun
Kang Trisno tanggal 12 Oktober 2019. Selamat bertambah umur Kang Trisno.
Semoga panjang umur dan tetap semangat untuk memajukan Dusun Tanon.
Setelah selesai mendapatkan banyak cerita seputar perjuangan Kang Trisno
dalam memajukan Dusun Tanon yang akhirnya membuat Dusun Tanon semakin
maju menjadi desa wisata. Maka selanjutnya yaitu saya menonton seni
pantomim di area pasar rakyat Dusun Tanon. Saya merasa terhibur dengan
adanya seni pantomim tersebut.
Pasar
rakyat Dusun Tanon merupakan pasar yang menjual beraneka ragam hasil
pertanian dan perkebunan yang ada di Dusun Tanon. Para wisatawan yang
datang di pasar rakyat Dusun Tanon ini bisa membeli hasil pertanian dan
perkebunan Dusun Tanon.
Yang tak kalah menarik yaitu selanjutnya saya bisa menyaksikan tari
Topeng Ayu khas Tanon di lereng gunung Telomoyo. Saya kagum dengan para
remaja penari Topeng Ayu karena sudah melestarikan budaya. Kostum dari
penari Topeng Ayu juga menarik sekali dengan berbagai macam warna. Para
penari Topeng Ayu juga berdandan dengan menarik.
Setelah
selesai menyaksikan tari Topeng Ayu, maka selanjutnya adalah saya
berkesempatan berkunjung ke peternakan sapi yang ada di Dusun Tanon.
Selain itu, saya juga berkesempatan bercengkrama dengan salah satu warga
Dusun Tanon yang merupakan petani cengkeh.
"Niki cengkeh nggeh, Mbah?". Saya bertanya kepada seorang nenek petani cengkeh Dusun Tanon.
"Nggeh, dik. Leres iku cengkeh" (Ya, dik. Benar itu cengkeh). Jawab si nenek.
"Cengkehe di damel nopo, Mbah?". (Cengkehnya dibuat apa, Nek?). Saya bertanya lagi.
"Di sade ten peken dipun damel bumbu masak" (Dijual di pasar untuk dijadikan bumbu masak). Begitu kata nenek.
Setelah
berbincang dengan nenek petani cengkeh maka sebelum pulang saya
menyempatkan diri untuk mencium aroma khas cengkeh yang pedas dan
hangat. Bahagia sekali rasanya dalam waktu sehari akhirnya saya bisa
berkeliling Dusun Tanon.
Semoga Dusun Tanon semakin maju dan bisa menginspirasi desa-desa yang
lainnya agar seluruh desa di Indonesia bisa menjadi desa yang makmur,
maju, dan sejahtera dengan menonjolkan kearifan lokal dan potensi yang
ada.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkunjung ke blog Siti Faridah dan meninggalkan komentar 🤩